Wednesday, May 11, 2011

Bacalah Sejenak


Simaklah wahai makhluk berakal sempit,

berwajah dosa,
bergelimang murka, berhias kesah.
Rayu dirimu.
Gamitlah seluruh sendi jiwa...
saat alunan berirama itu meluluhlantakkan nafsu melulu.
Ialah kalimat kebenaran
yang menenangkan berontak pongah kaum durjana,
menyejukkan letupan hasad,
meniupkan ruh hamasah calon syuhada,
melantunkan kidung cinta pada penyimpan kesumat,
menyucikan debu para pendosa,
jua membangkitkan geliat iman ke pelosok dunia.

Dengarlah nadanya,
ketukannya,
intonasinya,
temponya....
Hingga kau larut dalam tiap helaan nafas-nafas suci.
Menghirup aroma dzikr penuh sensasi.
Terkesima dengan seluruh pori-pori.
Terbuai menyelinap diantara kisi hati.
Hingga gemetar gentar terbelenggu bayang maksiat seorang diri.
Kemana kau pergi berlari ?

Kemarilah.....
Ikuti bacaannya.
Lantangkan suara. Kumpulkan segenap kemerduan nirwana.
Lamat-lamat merayap mengeja.
Biar terbata, tak mengapa.
Usah segan, kan menanti dua pahala.
Mengayunlah perlahan tak kenal lelah, tak pantang putus asa.
Bagaimana ?

Ah, wajahmu berseri kini.
Pertanda telah bersemi taman hati.
Saatnya menggali makna, menyingkap ilmu,
mengurai amal, mengubah diri.
Ingat-ingatlah : jangan jemu terlebih henti.
Bacalah sejenak, lalu resapi.
Hingga terpatri dalam memori.
Tidakkah kau ingin ia menjadi saksi,
....di hari yang datangnya pasti ?



"Janganlah engkau gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur'an karena hendak cepat menguasainya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu."
[ Al-Qiyamah : 16-18 ]


Dua Insan



Kelabu
Debar jantung berdetak pilu
Pijar rona pojok hati meredup
Desir darah terhambat
Menahan deras
Saat lintasan rindu mampir mendekap

Bentang tabir merambat
Berjarak laksana usainya layar pentas tergulung penat
Tiada sempat mengurai ucap
Tiada sesal cecap meratap
Semua beku terpaku diterpa sembilu


Dua insan kembali berhadap punggung dalam desah.
Tertawan hasrat lari mendekat
Namun langkah tak kuasa mundur menapak.
Nanar pandang lagi-lagi menoleh getir.

Berkelebat gumam galau,
"Andai waktu bersama kita."
Lirih bergema
Terpantul pantul pada dinding sukma
Dipeluk riuh gerimis awal gulita

Asin airmata terasa abadi
Terperangkap di kedalaman bunga tidur maknawi
Sunyi.



*picture taken from here


Ingatan


Adrenalin menyentak-nyentak di tengah sore
penuh nafas beraroma matahari
Ramai kulit warna warni berdesing bising
sibuk cerita tak penting
Keluar masuk telinga tanpa mampu mengusik
lamunan bisu berbungkus sendu.


Ada yang berkecamuk di hati
saat lintasan ingatan

tanpa diminta selalu melukis
gegap gugup galau risau.

Meski kepala sudah dikaki, perut teraduk,
otak serasa berputar,

mual naik turun,

...Ingat tetaplah ingat.
Ditepis, dihalau, diredam,
Sia-sia sajalah.


Jemu


Bergulir waktu seirama kembang kempis dada
Hari-hari tanpa warna senada lukisan hampa
terpatri lesu di dinding kecewa.
Jemu membisiki tapak wacana
Bekukan hasrat bicara
bahkan sekedar sapa

Mungkin bukan dia sepantasnya yang kau tanya
Karena luka di mata redup terbaca
Hingga prasangka menjelma nyata

Cinta sepintas menyala
Namun sepanjang rahasia belum tertera
selama tabir enggan terbuka
Tawanya serasa fatamorgana
Kau pun dahaga





Racun Nikotin

Aku bisa menghirupnya
walau gulungan daun kering itu habis terbakar
Atau saat angin membawa kepulan sisa nafasmu.

Aku masih dapat mencium aroma pengap...
pada lusuh bajumu,
pada lapisan kepala,
pada sekujur peluh.
jarak sedepa saja kadang sehasta.

Aku memang baru separuh sesak.

Hanya jika racun nikotin lumpuhkan bebal
Akankah dustai diri kau bawa sampai mati ?



Bola Mata

Sayu saat merayu
Binar ketika lapar
Nanar kala terkapar

Sendu waktu berpadu

Terlukis genangan air di tepi
Indah bagai telaga....
Sepasang bola mata menahan kerjap
Seperti yang biasa diupayakan hati
sekuat tenaga menahan gemuruh
Meski tetes menjejak jua sesekali

Jangan kau berpaling tatap
Atau kau kedip tunduk
karena itu menghunus perih
Pada detak jantungku
Kan kutantang berlaga sepenuh masa
Akankah keruh atau sebening tulus milikku

Namun bila kau ingin pejam
maka temuilah lirikanku
di sekujur mimpi.



[ 6107, June 2009 ]

Terjaga

Mondar mandir kutatap layar bergeming
ada letupan bara disini
entah bagaimana membuatnya redup
sekalipun terhalau bunyi dan gerak alihkan pikir

Dengkur halus mulai sayup terdengar
ditingkahi jemari yang kaku menari
Berdenyut kepala mengajak mata terjaga

Seharusnya memang tiada yang perlu dikenang
atau dinanti sedemikian rupa
jika hanya menjadi bagian tersembunyi selamanya.
Kesan hanyalah sebentuk rasa dengan kadar berbeda

Tapi, dapatkah momen itu kita nikmati
dengan debar seirama ?

Sayangnya pupus begitu saja
oleh hentakan (lebih) merdu yang diputar berulang-ulang
di benakmu tentu.


[ 6107, 10.25 pm, 06/04/2010 ]