Thursday, June 4, 2009

Kosong


Tak ada lagi sepotong kalimat merah jambu
Yang membuat hati merekah
atau membentuk seulas lengkungan di bibir
Hingga semangat terbakar sepanjang hari

Tak ada lagi sebaris rindu menyapa penat
Tak ada pula teguran ringan
ketika pagi baru mengintip

Tiada bait rayu manja pada tepi malam
pun tak tertera kabar keriangan
di seberang sana

Hampa.
Barisan garis bisu seolah larut
dalam kenestapaan

Kosong.
dari waktu ke waktu
coretan itu sungguh lenyap



Ledakan Rindu


Tahukah kau rasa menahan rindu ?

Memeram dalam lubuk, terpasung antara jarak pun waktu.
Menyimpan percikan memori
di bawah buaian angan,
hingga merasuki mimpi hari-hari.
Baranya hangat
meletup-letup dalam detak jantung
memburu.

Oh betapa kunanti ledakannya saat bertemu !
Berpijar laksana puluhan kembang api
mengerling mesra pada bintang,
merayu bulan di langit kelam.
Berdentam mengejutkan...
memukau mata,
menjajah telinga,
membungkam kata.
Memompa getar-getar rinduku padamu
yang sungguh terlalu.


Ia Bermuka Masam


Sepotong harga diri penuh karat terjun bebas ke lembah nista.

Setelah sebelumnya tercabik oleh tatapan jijik,
cibiran mual dan dengusan sinis.
Koyak ia oleh tikaman kebencian
remuk redam digilas roda amarah yang tak kunjung punah.

Berani betul dia memvonis semena-mena...
mengumbar maaf pada jejak lusuhku
tatkala bersimpuh mengaku pasrah
mengais kemurahan hati dalam lumuran tangis darah

Siapa dia bermuka masam berpaling acuh...
pada setangkup salam pembuka
yang kuhatur gemetar
membuka sebuah sapa ?

Diriku memang sampah.
Hanya pengganggu yang tak tahu malu.
pengusik keji tak terampuni
penebar ftnah, pembuat resah tak tertandingi

Namun, siapa dia yang tega menginjak harga diriku ?
saat telah kugadai semua kebanggaan dan rasa malu pada Rabb-ku.